Jumat, 26 September 2014

JURNALISTIK



SOFT NEWS

Ketenaran Tak Buat Hubungan Novita Dewi-Alex Retak

)NAMA Alex Rudiart dan Novita Dewi melejit lewat ajang pencarian bakat “X-Factor”. Mereka adalah sepasang kekasih, sebelum nama mereka dikenal masyarakat.

Ketenaran tidak membuat hubungan mereka memburuk. Justru, menurut Alex, hubungan dirinya dan Novita baik-baik saja setelah banyak orang yang mengidolakan dia dan Novita.

Gak ada yang namanya cemburu. Novita juga ngerti kalau ada fans cewek yang ngajak foto bareng. Profesional aja,” ujarnya saat datang ke Okezone, belum lama ini.

Alex mengungkapkan Novita adalah sosok wanita yang baik. Menurutnya, Novita adalah orang yang dapat mengerti dirinya. Dirinya dan Novita sudah saling percaya.

“Novita gak pernah ngambek-ngambekan orangnya. Dia malah orang yang perhatian banget. Kalau cemburu juga pada tempatnya kok,” tutupnya.
(ren)


HARD NEWS

Perlu KPK Daerah untuk Tangkal Politik Uang Pilkada


   Perlu KPK Daerah untuk Tangkal Politik Uang Pilkada

 JAKARTA - Pilkada lewat DPRD berdampak panjang bagi kelangsungan politik yang sebelumnya berlangsung langsung. Imbasnya juga berpotensi terjadi transaksi politik haram yang memunculkan wacana pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi di setiap daerah.

“Perlu dipikirkan bagaimana supaya tidak terjadi kembali proses karantina di DPRD yang pernah terjadi di masa Orde Baru, mengerikan transaksi politik di era tersebut, dan ini tidak boleh terulang lagi,” ungkap dosen ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pangi Syarwi Chaniago kepadaOkezone, Sabtu (27/9/2014).  
Ipang, panggilan Pangi tak menampik, baik pilkada langsung maupun pilkada via DPRD tetap berisiko terjadinya potensi politik uang.  Ia pun punya pemikiran untuk membentuk lembaga antirasuah sebagai upaya pencegahannya.
 
“KPK harus  segera dibentuk di daerah, sementara staf kepegawaian dan administrasi kantor KPK bisa memakai fasilitas KPUD dan PNS KPUD untuk menjadi pegawai KPK,” cetus Ipang.
 
Alih fungsi fasilitas serta SDM di  KPUD itu tercetus karena ia melihat perannya tidak terlihat lagi dan harus dibubarkan segera. Setidaknya, ujar Ipang, negara juga harus memikirkan nasib PNS KPUD.
 
 “Ada kemungkinan kita kembali lagi pilkada langsung karena itu tadi pilkada lewat DPRD tetap saja transaksi money politics-nya  tinggi,” ujar Ipang.

FAKTA
Ustad Guntur Bumi Dilaporkan Lagi ke Polda Metro Jaya
Asal Jawab, Ustad Guntur Bumi Dimarahi Majelis Hakim
Ustad Guntur Bumi (UGB) mulai menjalani pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.
Ketenaran Tak Buat Hubungan Novita Dewi-Alex Retak
Liputan6.com, Jakarta Korban praktik pengobatan Ustad Guntur Bumi (UGB) kembali mendatangi Polda Metro Jaya pada Kamis (11/9/2014) hari ini. Bersama dengan tim kuasa hukumnya, mereka akan melaporkan kembali UGB dengan tuduhan melakukan penistaan agama dan pencucian uang.

"Sekitar pukul tiga sore nanti kami kuasa hukum korban dan korban pengobatan Guntur Bumi akan kembali melapor ke Polda Metro Jaya," ucap Chris Sam Sewu, tim kuasa hukum korban Ustad Guntur Bumi, saat dihubungi
 Liputan6.com melalui telepon, Kamis (11/9/2014).

"Kami akan buat laporan soal penistaan agama yang dilakukan Guntur Bumi saat mengobati para pasiennya. Kalau yang vonis kemarin kan penipuannya, sekarang soal penistaan agamanya," sambung Chris.

Laporan tersebut dilakukan menyusul ketidak puasan para korban pengobatan Ustad Guntur Bumi tentang vonis enam bulan penjara yang diberikan kepada suami Puput Melati itu.

"Nantinya setelah inkrah, kami akan kembali melaporkan Guntur Bumi dengan pasal tindak pidana pencucian uang. Untuk yang saat ini, penistaan agamanya dulu," beber dia.

Seperti diketahui, Ustad Guntur Bumi terbukti melakukan tindak pidana penipuan berkedok pengobatan alternatif dan diberi vonis penjara selama enam bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2014). Para korban yang merasa keberatan dengan hukuman itu, kembali mengajukan laporan tentang dugaan penistaan agama dan tindak pidana pencucian uang terhadap Ustad Guntur Bumi
.


OPINI

GUNUNG SLAMET
 Petugas Pos Pemantauan Gunung Api Slamet menginformasikan aktivitas terkini Gunung Api Slamet.
Sejak Sabtu (10/5/2014) pukul 24.00 WIB hingga Pukul 06.00, tercatat Gunung Slamet mengeluarkan 39 kali gempa hembusan dan 24 kali gempa letusan.
Sementara itu dari pengamatan visual, menyatakanGunung Slamet telah mengeluarkan 13 kali letusan asap kelabu tebal, dengan ketinggian 150 sampai 800 meter ke arah Barat.

Jumat, 19 September 2014

CERPEN



                         PENGALAMAN PERTAMA MENDAKI GUNUNG SALAK


  Embun masih menetes dan kabut masih menyelimuti pagi. Dingin yang datang bersama angin menyusup ke dalam kamar seakan ingin memenuhi ruangan ini. Aku terbangun. “Brrr..adem tenan..!” Kubuka jendela. Benar, kabut masih terlihat di halaman rumah mengaburkan pandangan mata dan embun menempati rumput dan dedaunan yang segar. Pagi di rumah nenek.
Pagi hari hanya udara segar yang melegakan dada dan menenangkan perasaanku. Sepertinya tidak ada tempat yang lebih menyenangkan selain di sini. Pemandangan indah Gunung Salak yang kokoh berdiri, hamparan sawah hijau yang tertata alami, dan aliran sungai dengan bebatuan besar dan kecil yang berserakan. Di balik bebatuan itu menjadi tempat mandi ibu-ibu, anak-anak muda, gadis-gadis, maupun bocah-bocah sambil bergurau senang. Ditambah lagi suara-suara burung terdengar diantara pepohonan. Situasi seperti inilah yang membuatku selalu kangen ingin kembali lagi ke desa ini.
Pagi itu, aku ajak Tia, sepupuku, berjalan-jalan santai menyelusuri pematang sawah dan jalan setapak yang sedikit menanjak menuju desa tetangga.
“Udaranya segar, ya” ujarku sambil meregangkan tangan dan meloncat-loncat ringan. Lega rasanya. Tia tampak tersenyum. Tangannya juga mulai digerak-gerakkan.
“Mau kemana lagi,?” Tanya Tia.
“Ke puncak Gunung Salak itu, ya. Aku ingin sekali mendaki Gunung Salak,” aku berhenti sejenak. Kupandangi lekuk dan warna hijau gunung itu dari jarak yang entah berapa kilometer jauhnya. Tapi selalu saja tampak dekat dari tempat berdiri.

 Aku selalu kagum melihat timbunan tanah yang menjulang tinggi itu. Di dalam perutnya terdapat lapisan tanah dan batu-batuan yang mengandung mineral serta magma panas yang suatu waktu siap dimuntahkan. Ketika Allah berkehendak, maka gunung-gunung akan meletus dan isinya akan beterbangan bagai laron. SubhanAllah..rasanya bila sudah bisa berdiri di puncaknya, aku akan berteriak.. “Heii…aku melihat kalian!” Senangnya!
Aku memang bukan seorang pendaki gunung karena kecilku dulu tidak terlatih untuk melakukan kegiatan yang ‘menantang’, jadi aku termasuk orang yang takut akan ketinggian.Tapi kekagumanku kepada gunung melebihi pendaki gunung -amatir- yang sering melakukan pendakian, hahaha.
“Serius mau ke Gunung Salak?” tanya Tia membuyarkan pandanganku.
“Ayo, kapan ya? Aku siaplah…!” ujarku bersemangat. Aku berlari sedikit kencang dan meninggalkan Tia. Menuruni jalan setapak di daerah perbukitan sangat menyenangkan tapi juga harus berhati-hati. Aku sempat tergelincir karena kurang memperhatikan jalan bergelombang yang ada dibibir jalan setapak itu. Semangatku sedikit menghapus rasa sakit di pergelangan kaki kanan.
“Tia bilang ke Abah, ya kalau dia mau mendaki gunung,” ujar Tia setelah sampai di rumah nenek. Aku anggukkan kepala tanda setuju.
Sore hari, nenek sudah menyediakan teh manis hangat. Kami duduk di beranda rumah. Pandangan di depan mata adalah kebun bunga yang indah. Nenek memang senang menanam bunga. Dibantu oleh Pak Arya, nenek menghiasi halaman rumahnya dengan aneka bunga seperti di beranda surgawi.
“Parah mau mendaki gunung, ya?” sapa Pak Arya sedikit mengagetkanku. Pak Arya seperti kebanyakan orang Sunda yang kurang fasih melafalkan huruf F. Padahal namaku kan , Farah Maharani.
“Siapa bilang orang Sunda tidak bisa bilang F? PITNAH!”, hahaha…
“Iya,. Bisa antar ke sana, ya?”
“Baik. Nanti ajak juga beberapa saudara biar ramai, ya,”
“Memangnya kalau bertiga saja kenapa?” tanyaku penasaran. Pak Arya cuma tersenyum. Diambilnya gelas berisi teh hangat lalu diminumnya.
Pak Arya ternyata benar-benar serius mempersiapkan segala sesuatu untuk pendakian. Dibawakannya tambang plastik berukuran sedang, 2 buah pisau, 5 batang lilin beserta korek api, tikar, 3 pasang sarung tangan yang sudah terlihat lusuh, dan lentera untuk kemping. Semua diletakkan di teras rumah.
“Jam berapa kita berangkat?” tanyaku.
“Nanti jam satu malam, yah!”
“Apa?” Aku kaget, sudah tentu. Masa mendaki harus jam satu malam? Belum lagi hari masih gelap dan sudah terbayang udara dingin sangat menusuk. Jam satu malam? Tapi biarlah. Aku kan memang niat ingin mendaki Gunung Salak. Jadi…biarlah udara dingin menyelimuti di kegelapan malam.
Aku, paman, Arif, Hafidz, Nina, Ratih, Tia dan Dian ikut dalam rencana pendakian.Seperti anak-anak pramuka, kami berbaris dengan aba-aba dari Pak Arya. “Siaaap..maju..jalan!” Dengan sikap berbaris yang santai…Saat itu bulan purnama. Cahaya terangnya membantu perjalanan, dingin menusuk tulang, suara-suara hewan yang hanya terdengar malam hari, rasanya memberi sensasi mistis pada perjalanan kami menuju pintu jalur pendakian. Biasanya Gunung Salak dapat didaki dari beberapa jalur pendakian. Puncak yang paling sering didaki adalah puncak II dan I. Jalur yang paling ramai adalah melalui Curug Nangka, di sebelah utara gunung. Melalui jalur ini, orang akan sampai pada puncak Salak II. Puncak Salak I biasanya didaki dari arah timur, yakni Cimelati dekat Cicurug. Salak I bisa juga dicapai dari Salak II, dan dengan banyak kesulitan, dari Sukamantri, Ciapus. Lalu…jalur yang kami lalui ini termasuk jalur mana? Soalnya desa ini bukan wilayah Curug Nangka atau Cimelati. Tapi dekat dengan Curug Luhur dan desa Tendjolaya. Pak Arya tersenyum ketika aku menanyakannya. “Ini jalur warisan.,” ujar pak Arya kalem.
Lewat jalur warisan ini, kami melalui jalan setapak yang ditutupi dedaunan, ranting-ranting, dan buah-buah kecil berserakan. Semuanya terasa lembab, mungkin dikarenakan udara malam yang berkabut dan berembun. Jalan setapak ini semakin lama semakin menanjak dan harus dilalui hati-hati. Beberapa ranting yang berserakan terasa agak tajam dan di kiri dan kanan jalan penuh rimbunan pohon, ada juga genangan air. yang bisa membuat kaki terperosok. Kami harus saling berpegangan pada sebatang kayu yang dipegang beberapa orang. Pegangan tanganku pada kayu itu sempat terlepas karena kakiku terantuk batu dan aku terhuyung hampir jatuh. Aku beristighfar karena kaget. Belum selesai rasa kagetku, Nina juga sedikit berteriak dan melonjak-lonjak. ” Apa lagi?” Dengan cepat Arif mengarahkan senter ke kaki Nina. Wah…ternyata pada kakinya menempel lintah kecil. Binatang ini menghisap darah sehingga badannya yang kecil semakin lama akan membesar. Pak Arya dengan cepat melepaskan pacet itu dari kaki Nina. Duh…
sakitnya!
     “ Perjalanan melewati jalan setapak berakhir di tanah lapang tetapi masih di kelilingi pohon-pohon besar dan rindang. Ketinggian tempat ini sudah puluhan meter lebih tinggi dari jalan semula. Pantas saja kakiku terasa pegal dan sempat kram. Semua yang ikut benar-benar merasa lelah. Berbekal tikar yang dibawa, kami duduk dan beristirahat dengan posisi saling mendekat. Pak Arya bilang, di tempat ini masih banyak macan siluman yang lewat. Jadilah kami tak berani berpencar saling menjauh., Suara tonggeret sebutan untuk segala jenis serangga yang mengeluarkan suara nyaring dari pepohonan dan berlangsung lama. Selain Tonggeret, orang Sunda menyebutnya cengreret, orang Jawa menyebutnya garengpung atau uir-uir, tergantung suara yang dikeluarkan, menambah suasana mencekam. Belum lagi angin pegunungan yang sangat dingin membuat sendi-sendi terasa linu dan bulu kuduk berdiri.Saat itu jam tanganku menunjukkan pukul 2.45 pagi. Aku mulai mengantuk tapi tak bisa tidur karena merasakan dingin dan suasana yang mencekam. Bayangkan saja, berada di kawasan hutan Gunung Salak yang berada di ketinggian dan ditutupi pepohonan rindang. Gelap, dingin, beraroma tanah lembab dan dedaunan. Suara-suara binatang malam dan entah suara-suara apa lagi yang terdengar dan membuat imajinasi mistis saat itu. Aku tetap merapatkan tubuh ke punggung Nina. Rasanya ingin beristirahat lebih lama lagi untuk menghilangkan lelah ini. Tapi Pak Arya mulai berdiri dan merapikan barang-barang bawaannya. “Waduh… jalan lagi ya, Pak?” tanyaku dan Dian hampir bersamaan.
“Masih jauh ya perjalanannya pak?” tanya Ratih dalam perjalanan kami selanjutnya. Masih melewati jalan setapak. Berharap ada jalan besar dan beraspal, hehehe. Kembali kami jalan berbaris dan bersikap hati-hati dengan banyaknya ranting, batu, dan juga lintah. Beberapa meter jalan telah dilalui, ternyata tercium bau khas belerang. Bau menyengat belerang itu tercium di sebelah kanan . Kami penasaran ingin melihat apakah di jurang itu memang ada letupan belerang yang keluar. Tetapi Pak Arya melarang karena jurang itu sangat dalam dan untuk mendekatinya harus menyusuri semak-semak yang rimbun. Benar-benar penasaran jadinya. Terciumnya belerang sudah menandakan sudah dekatnya salah satu kawah yang ada di Gunung Salak. Dan itu tujuan akhir kami dalam pendakian ini.
 Setelah perjalanan jauh kami semua akhirnya kami melihat sunrise dan ternyata kita sudah sampai di puncak gunung salak, dan kita menggeletak di tanah sambil melihat pemandangan di puncak gunung. SELESAI……

Rabu, 10 September 2014

                                               

kegiatan pecinta alam



Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti yang sering kita kenal dengan istilah mountaineering atau istilah serupa lainnya.
Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :

1. Hill Walking / Feel Walking

Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian. Perjalanan ini dapat memakan waktu sampai beberapa hari. Contohnya perjalanan ke Gunung Gede atau Ceremai.
2. Scarmbling

Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan. Contohnya : pendakian di sekitar puncak Gunung Gede Jalur Cibodas.

3. Climbing

Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek, yang umumnya tidak memakan waktu lebih dari 1 hari,hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan. Bentuk climbing ada 2 amcam. :
a. Rock Climbing
- pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis pendakian ini yang umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing
- Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton, dll.

Teknik Dasar Pendakian / Rock Climbing


Teknik Mendaki

1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.

2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.

3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.

Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.

Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat

Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.

Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.

Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.



 Mungkn dari saya baru sekian dan baru segini yang saya tau, karena saya baru pemula... Trima kasihh, Salam 9C